Sunday, April 22, 2012

Kartini Masa Kini Jual Ubi dan Ikan Demi Keluarga

Kartini Masa Kini Jual Ubi dan Ikan Demi Keluarga
Kartini Masa Kini Jual Ubi dan Ikan Demi Keluarga
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Tak perlu jauh melanglang untuk menemukan perempuan-perempuan tangguh.
Datang lah ke Pasar Bersehati Manado, Sulawesi Utara. Niscaya, Anda bisa menemukan mereka yang bekerja keras demi asap dapur tetap mengepul.
Ketika banyak orang masih lelap di peraduannya, Fornita Madak dan Shanty Tomolango justru telah memulai aktivitas mereka sebagai penjual di  Bersehati, pasar tradisional terbesar di Kota Manado.
"Saya berjualan mulai pukul 03.00 subuh sampai 20.00 malam, dan itu saya lakukan setiap hari," ujar Fornita kepada Tribun di Pasar Bersehati, Jumat (20/4/2012).
Fornita yang menjual ubi jalar telah menekui pekerjaan itu sejak 1960.
"Apalagi setelah suami meninggal tahun 1966, saya bekerja lebih giat, sehingga anak-anak bisa sekolah," imbuhnya.
Wanita kelahiran Manado, 6 Januari 1934 mengakui  setelah suaminya meninggal, ia kesulitan karena harus berjuang sendiri.
"Waktu ditinggal suami, anak-anak masih kecil, anak pertama masih berusia delapan tahun, anak kedua enam tahun, anak ketiga lima tahun, anak keempat empat tahun, anak kelima dua tahun, dan anak keenam masih balita. Untuk mengurus enam anak ini memang perlu perjuangan dan kerja keras," tuturnya.
Fornita bersyukur kepada Tuhan, karena ia bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai SMA.
"Meskipun saya sendiri yang bekerja, perjuangan saya tidak sia-sia," cetus perempuan asal Sanger.
Fornita mengungkapkan, meskipun sibuk bekerja, ia tetap mengikuti ibadah di gereja. Ia pun sering membagi berkat bagi orang lain.
"Ibadah di gereja tidak pernah saya lewatkan. Ketika saya mendapat berkat, pasti akan dibagi ke tetangga walaupun hanya Rp 5.000. Dengan begitu, saya tidak pernah merasa kekurangan, karena berkat Tuhan tetap tersedia bagi keluarga saya," bebernya.
Wanita tangguh lainnya, Shanty Tomolango, adalah penjual ikan di Pasar Bersehati. Ia sudah 20 tahun berjualan di pasar itu.
"Meskipun ada suami yang bekerja sebagai tukang parkir, tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Saya harus ikut membantu agar kebutuhan makan setiap hari terpenuhi, dan yang terpenting kebutuhan sekolah anak-anak," jelasnya.
Warga Tuminting mengakui tak mudah mengatur waktu untuk bekerja dan mengurus anak-anak.
"Saya bekerja setiap hari mulai jam 05.00 subuh sampai jam 15.00 sore. Memang sedikit sulit membagi waktu, apalagi saya juga punya balita. Saya sering menitip anak pada tetangga agar saya bisa berjualan di pasar," ungkap wanita kelahiran 25 Juni 1982.
Ibu tiga anak ini mengatakan, penghasilannya sebagai pedagang ikan sangat kecil, tapi ia bahagia.
"Saya pernah ditawari rekan saya untuk bekerja dengan pendapatan lebih besar, tapi karena itu merupakan pekerjaan yang tidak benar, jadi saya tolak. Saya memilih pekerjaan yang halal. Bagi saya yang penting kebutuhan sehari-hari bisa tersedia, itu sudah lebih dari cukup," tukas istri Iswan Harun. (*)

No comments:

Post a Comment